Terjebak
antara Jogjakarta dan Singkawang “Wanita”
Aku mulai mencari temanku di facebook, IG, twitter dan berbagai aplikasi
yang bernama Doffi yang asli Temanggung, teman kontrakanku kala ngontrak
diseberang JEC (Jogja Expo Center). Aku mengingatnya setelah Indra Ginting
meminta pertemanan lalu saat itu pun dengan segera chat dari Indra masuk.
“Assalamu’alaikum bang,,,,, apa kabar”
“Waalaikumsalam iya ndra, alhamdulillah baik tinggal dimana sekarang kamu?”
“Apa kabarnya kamu juga”
“Baik bang, sekarang abang tinggal dimana apa masih di Aceh atau Medan
bang?”
“Uda balik ke Pontianak, udah cukup pengalaman merantaunya”
Itulah sepotong percakapan yang terjadi diantara kami, tak terasa hampir
sejam ngobrol dichat mengenang kejadian jadi anak kost bersama di Jogja. Dari
masalah kuliah,ucapan terima kasihnya saat aku akan kembali ke Pontianak dimana,
mohon maaf dulu sempat bawa minuman dan barang lainnya ke kost dan lain
sebagainya yang kebanyakan kesalahan dan kekhilafan masa itu.
Dari percakapan itulah aku jadi mengingat Doffi teman sesama satu kost
lainnya, Doffi ini kamarnya bersebelahan dengan kamarku sedangkan Indra posisi
kamarnya berada paling belakang
Sebenarnya masih ada satu kamar lagi diantara kamarku dan Indra yang
ditempati oleh Sarto. Selama setahun kost bersama, aku hanya lihat dia jika
dihitung hari palingan dikumpul hanya sebulan alias 30 hari dan itu pun jika
datang ke kost pasti bersama pacarnya serta lebih banyak berdua dikamar saja. Hal
tersebut menjadi hal yang lumrah kulihat setelah 2 tahun aku kost di Yogya.
Doffi ini paling sering berada dikost bersamaku karena yang kulihat dia
berbeda dari yang lain karena dia kadang sibuk dikamarnya dengan berbagai
gambar dan maketnya hanya sekali sekali keluar paling 3-5 jam lalu kembali lagi.
Walaupun kami berdua sering berada dikost namun sangat jarang kami berbicara
jika tidak penting sekali, aku takut jika sering ngobrol akan mengganggu
belajar dan tugas kuliahnya. Yang ternyata dia malu terhadapku karena melihat
keadaanku jauh berbeda dengannya dimana saat itu aku telah memiliki seperangkat
PC beserta printer, televisi dan barang elektronik lainnya dan itu pun
kuketahui saat aku yang sedang mengambil pelatihan di UGM bertemu lagi saat
sudah bertahun-tahun lamanya itu pun aku sudah kerja di Aceh.
Kembali lagi kisah bersama Doffi saat satu kost, hingga suatu saat tiba-tiba
dia datang ke kamarku.
“Lagi apa bos?”, ujarnya masih didepan pintu kamarku.
“Oooo...lagi buat program nih tapi hanya belajar kok bukan tugas”, jawabku
tanpa melihatnya mata fokus ke layar monitor.
“Tempat mu diPontianak, jauh gak jika ke Singkawang”, tanyanya kembali dan
masih didepan pintu kamarku.
“Ya cukup jauhlah kira-kira sekitar 3 jam, mmmm mungkin bisa lebih. Emang
kenapa Doff”, ungkap penasaranku.
“Ooo...gak apa sih, sibuk gak maksudnya jika ada teman ku datang ngeganggu
gak dan ada yang marah gak?”, katanya ambil senyum-senyum.
“Maksudnyaa....mmm palingan aku aja yang marah, dari tadi salah melulu
program yang kubuat nih” buatku bingung.
Tanpa melanjukan pembicaraan si Doffi lalu pergi menuju kamarnya dan dari
balik tembok kamar ia berteriak ”Mim.....benar kan kamu gak kemana-mana” dan
aku pun berteriak kembali “Iya dikamar aja pacaran ma komputer, jika mau pergi
pacaran ya pergi aja”.
Saat itu memang hari Sabtu masih sekitar pukul 16.30 lah karena aku baru
saja selesai pratikum SPSS dan modul pratikum masih terbuka dibagian entri
data. Dan sudah jadi kebiasaan hanya tinggal aku saja di kost ini dikala yang
pada malam mingguan, aku berpikir dia agak sungkan dan kasihan meninggalkan aku
sendirian di kost.
Tiba-tiba “Assalamu’alaikum...assalamu’alaikum...” terdengar suara dari
seorang wanita dari arah pintu depan sambil mengetok pintu.
“Eh...Dof ada yang datang tuh,mungkin temanmu atau yang lain”, kataku kearah kamar Doffi.
“Eh iya..iya santai bos, udah mandi lom...ntar ada cewek datang gimana
malulah”, jawabnya
Aku hanya diam saja tidak
menjawabnya, melanjutkan kerjaan tugasku yang sebenarnya sudah malas sekali
kuliah di Informatika ini. Namun karena terbentur kuliah ini abangku yang
membayarkannya dan segala kebutuhanku di Yogya ia yang menanggungnya serta
kerjaan sudah menunggu saat aku lulus kuliah yaitu kerja di perusahaan IT yang
telah lama ia bangun.
Setengah jam kemudian Doffi mengetuk pintu kamarku, ketika aku membuka
pintu kamar terlihat si Doffi berdiri bersama 2 wanita dibelakangnya.
“Eh Doff, ada apa ni”, kataku heran.
“Oh iya mim kenalkan nih” Doffi menunjuk pada kedua wanita tersebut.
“Desi” ujar wanita yang menggunakan jaket kain berwarna biru laut
“Ayu” ujar wanita berjaket kulit cokelat.
“Mereka orang Pontianak..eh Singkawang, yang tadi sempat kutanya-tanya tuh”
jelas Doffi ambil cengengesan
“Eh nanti jika udah mandi dan rapi kutunggu diteras ya” lanjutnya
Lalu mereka pun beranjak pergi dari kamarku dan aku pun kembali masuk
kedalam kamar mengambil perlengkapan mandi untuk segera mandi. Di dalam kamar
ini aku merasa aneh sebab baru kali ini harus kembali berbicara dengan seorang wanita
setelah sekian lama aku jarang berkomunikasi dengan orang dimana lebih banyak didepan
PC menulis berbaris kode program yang membosankan saja.
Setelah memakai pakaian dan lain sebagainya aku pun melangkah pergi dari kamar
menuju ke teras dimana disana telah ada Doffi, Desi dan Ayu sedang bersenda gurau.
Dan.......
Lalu sampai disini dulu saja capek ngetiknya, lelah mengingatnya, terlalu sedih
untuk dikenang namun tetap indah diceritakan karena dari kota Yogyakarta disanalah
aku hingga kini harus diawasi secara berkala
oleh dokter spesialis dan salah satu penyebab aku mengikuti kelas Sahabat
Menulis Aleniaku atas saran dokter agar lebih baik dengan segala keegosian kudalam
menulis, yang sering menabrak segala peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam
penulisan.
“Semau guelah dalam menulis” begitu sering ucapan temanku melihat tulisanku.